Sementara banyak orang mengatakan memancing itu merupakan ‘Pekerjaan’ orang
malas. Bahkan kakak ipar saya meski dia cinta setengah mati pada laut karena
memang pekerjaannya di AL, dia mengatakan hal yang sama.
Saya tidak mengiyakan maupun membantah pendapat di atas, disamping bebas
dalam berpendapat. Seperti jargon pemimpin tidak dibuat tetapi dilahirkan,
seorang pemancing pun dilahirkan untuk mempunyai hobi mancing.
Saya mencoba mengajak anak lelaki saya setiap kali mancing dengan maksud
mendidiknya sejak dini, tapi hasilnya nol! Kedua anak lelaki saya tidak ada
yang tertarik sama sekali. Tetapi cucu saya yang berumur enam tahun hobi
mancingnya meluap-luap.
Apalagi saat kami berbicara dengan ibu cucu saya itu, ia pun langsung
menyela, “… Eyang, kapan kita mancing lagi? Ajak aku dong ke Karang Bolong …”
padahal waktu itu saya pernah sekali mengajak cucu mancing yang kebetulan
berlibur sambil berkreasi di laut.
FAKTOR LINGKUNGAN
Salah satu faktor inilah yang sangat menentukan seseorang nantinya akan
mempunyai hobi memancing atau tidak. Pertama, adalah faktor alam, seseorang
yang tempat tinggalnya dikelilingi oleh air, sungai atau danau bahkan laut,
secara naluriah akan akrab dengan lingkungan, bagaimana seseorang tersebut
menyaksikan orang di sekitarnya mencari ikan.
Saya menyukai sejak umur tujuh tahun yang kala itu harus mengungsi ke
daerah Kulon Progo dari Purworejo di tahun 1948, kalau ditotal hobi mancing
saya tidak pernah terputus selama tiga puluh satu tahun! Ketika ayah saya
kembali ke Purworejo, saya sering mancing di Kali Bogowonto dan Kedung Putri
serta di sawah-sawah seputaran rumah.
Kemudian saat ayah ditugaskan di Pemalang, hobi mancing saya tetap
tersalurkan dengan mancing di anak-anak sungai yang menuju ke laut dan tentu
saja saya mancing di Pantai Widuri. Kemudian ayah saya dipindahkan lagi yang
kali ini ditugaskan ke Salatiga dekat dengan Rawa Pening. Begitulah hobi saya
tidak pernah berhenti bahkan hingga saat ini sejak pensiun dari Dinas P.U. di
tahun 1997 masih tetap mancing terutama di pantai selatan.
RELAKSASI
Telah dijelaskan di atas bagaimana seorang bocah berusia tujuh tahun yang
hidup dalam kesederhanaan tinggal di desa. Dengan perbekalan alat pancing
seperti joran buatan sendiri, senar yang digunakan dari benang serta mata kail
pun bikin sendiri, kemudian mencari cacing untuk umpan di sawah atau di kali,
bisa menjadikan suatu kegiatan yang menarik dan menikmati olah raga mancing.
Pada waktu itu bisa saya rasakan betapa tenangnya melihat air mengalir yang
menyentuh tali pancing, kemilau air mengalir terkena secercah sinar matahari.
Tali pancing yang bergerak-gerak yang tak lepas dari penglihatan.
Terkadang melihat binatang air, yang kami sebut anggang-anggang, yang tak
pernah lelah bergerak maju mundur, kalau diam sebentar niscaya badannya akan
hanyut terbawa arus. Dan pada saat penantian itu tangan sudah merasakan ada
ikan yang mulai menyentuh umpan.
Det.. det.. det.. begitu ditarik joran yang disentak dan ikan yang terkena
pancing cuma ukuran sebesar jari, dengan bentuk yang gepeng ditutup sisik
kemilau keperakan menggelepar yang kemudian diraih dan melepaskan pancing dari
mulutnya, saat-saat itu demikian indahnya.
Kemudian mulutnya dibuka untuk memasukkan ‘sendatan’ yang terbuat dari
rumput panjang yang nantinya akan menjadi satu renteng kalau lagi mujur, kail
kemudian dicemplungkan kembali dalam air sambil sesekali melihat hasil
pancingan.
Dodie Magis, CHT. Mengatakan bahwa, memancing merupakan
salah satu bentuk relaksasi. Pandangan mata yang tertuju pada satu titik secara
terus menerus dengan gerakan-gerakan air yang monoton akan tertangkap oleh alam
pikiran kita dan masuk ke bawah sadar dimana si pemancing akan merasakan
ketenangan yang luar biasa. Saat-saat demikian yang membawa
pemancing ‘lupa’ akan segalanya, kesulitan hidupnya, masalah-masalah yang
dihadapi bahkan bisa dibilang lupa anak-istri, ayah, ibu, bahkan kekasih,
saking asiknya…
KEHEBATAN MEMANCING
Itulah kehebatan dari kesukaan memancing. Seorang yang mendalami hobi ini
dengan segenap jiwa raganya tentu akan merasakan betapa indahnya mancing. Ia
tidak sekedar mencari ikan. Memperoleh ikan memang penting tapi bukan
segala-galanya. Buktinya orang akan kembali mancing meskipun hari ini bahkan
esok tidak memperoleh ikan bahkan dimakan ikan pun tidak, namun ia akan tetap
kembali menekuni hobinya.
Kadang kita merasa sebal, frustasi ditambah sedikit’amarah’ kenapa tidak
seekorpun yang menyentuh umpan. Tetapi hal tersebut tidak akan berlangsung lama
karena naluri mancing kita tidak akan tergoyahkan oleh hal-hal ‘kecil’ seperti
itu.
Kalau lagi kesal saya suka iseng kirim SMS ke teman yang mulai mengurangi
kegiatan mancingnya karena alas an ‘kapok’ dan balasannya singkat saja
“lombooook!”. (BS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar