Jumat, 05 April 2013

Kemiskinan di Indonesiaku


Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangansehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.



3. Gambaran tentang kurangnyapenghasilan dankekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagianpolitik danekonomi di seluruh dunia.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari". Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Penyebab kemiskinan :
·                     penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
·                     penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
·                     penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·                     penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
·                     penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.


PENDAPAT PRIBADI :
       
           kebijakan pemerintah untuk pementasan kemiskinan telah dilaksanakan tapi belum mendapatkan hasil yang diinginkan. karena kurangnya faktor pendidikan dan SDM (Sumber Daya Manusia) yang kurang memadai, sehingga upaya tersebut selalu terhambat dan seringkali tidak sesuai dengan implementasi dalam masyarakat. Raskin (Beras Miskin) , BLT (Bantuan Langsung Tunai , dan lain-lain adalah cara pemerintah untuk membantu mengurangi kemiskinan di Indonesia. dan karena kurangnya lapangan pekerjaan yang mengharuskan masyarakat Indonesia bekerja di negara asing untuk mencukupi hidupnya sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia), yang semakin marak dengan adanya penyiksaan.
            sebenarnya bukan hanya pemeritah saja yang seharusnya mengurangi kemiskinan, tapi kita sebagai rakyat Indonesia yang mempunyai adab dan moral juga harus dapat membantu mengurangi kemiskinan tersebut dengan cara membuka lapangan kerja seperti Industri Rumahan. di Indonesia banyak sekali beragam budaya dan sandang pangan yang dapat dikelola dengan baik oleh kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. akan tetapi, kita belum semaksimal mungkin memanfaatkannya. sekalinya kita memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) tersebut, kita tidak mau mengembalikkannya seperti semula. jika terus-terusan digali, maka lama-kelamaan, SDA tersebut akan cepat habis dengan seiring berkembangnya zaman. contohnya seperti hutan yang selalu di tebang secara liar, maka lama-lama hutan itu akan gundul. karena hutan semakin gundul, maka akibatnya adalah terjadinya erosi di Indonesia dan udara semakin panas karena tidak ada pohon yang dapat menyaring udara. jika mau memanfaatkannya, kita juga harus mau menanamnya kembali. ini adalah sebagian kecil dari SDA kita yang sangat kaya dan beragam. masih ada banyak SDA yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi hidupnya.
           antara pemerintah dan masyarakat harus adanya saling komunikasi dan yang terpenting adalah adanya sikap kepercayaan antar pemerintah dan masyarakat, agar solusi kemiskinan di Indonesia cepat terhapuskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HTML Comment Box is loading comments...