Selasa, 02 Juli 2013

MENGAPA MEMANCING ITU MENGASYIKKAN?

Sementara banyak orang mengatakan memancing itu merupakan ‘Pekerjaan’ orang malas. Bahkan kakak ipar saya meski dia cinta setengah mati pada laut karena memang pekerjaannya di AL, dia mengatakan hal yang sama.

Saya tidak mengiyakan maupun membantah pendapat di atas, disamping bebas dalam berpendapat. Seperti jargon pemimpin tidak dibuat tetapi dilahirkan, seorang pemancing pun dilahirkan untuk mempunyai hobi mancing.



Saya mencoba mengajak anak lelaki saya setiap kali mancing dengan maksud mendidiknya sejak dini, tapi hasilnya nol! Kedua anak lelaki saya tidak ada yang tertarik sama sekali. Tetapi cucu saya yang berumur enam tahun hobi mancingnya meluap-luap.

Apalagi saat kami berbicara dengan ibu cucu saya itu, ia pun langsung menyela, “… Eyang, kapan kita mancing lagi? Ajak aku dong ke Karang Bolong …” padahal waktu itu saya pernah sekali mengajak cucu mancing yang kebetulan berlibur sambil berkreasi di laut.

FAKTOR LINGKUNGAN

Salah satu faktor inilah yang sangat menentukan seseorang nantinya akan mempunyai hobi memancing atau tidak. Pertama, adalah faktor alam, seseorang yang tempat tinggalnya dikelilingi oleh air, sungai atau danau bahkan laut, secara naluriah akan akrab dengan lingkungan, bagaimana seseorang tersebut menyaksikan orang di sekitarnya mencari ikan.

Saya menyukai sejak umur tujuh tahun yang kala itu harus mengungsi ke daerah Kulon Progo dari Purworejo di tahun 1948, kalau ditotal hobi mancing saya tidak pernah terputus selama tiga puluh satu tahun! Ketika ayah saya kembali ke Purworejo, saya sering mancing di Kali Bogowonto dan Kedung Putri serta di sawah-sawah seputaran rumah.

Kemudian saat ayah ditugaskan di Pemalang, hobi mancing saya tetap tersalurkan dengan mancing di anak-anak sungai yang menuju ke laut dan tentu saja saya mancing di Pantai Widuri. Kemudian ayah saya dipindahkan lagi yang kali ini ditugaskan ke Salatiga dekat dengan Rawa Pening. Begitulah hobi saya tidak pernah berhenti bahkan hingga saat ini sejak pensiun dari Dinas P.U. di tahun 1997 masih tetap mancing terutama di pantai selatan.

RELAKSASI

Telah dijelaskan di atas bagaimana seorang bocah berusia tujuh tahun yang hidup dalam kesederhanaan tinggal di desa. Dengan perbekalan alat pancing seperti joran buatan sendiri, senar yang digunakan dari benang serta mata kail pun bikin sendiri, kemudian mencari cacing untuk umpan di sawah atau di kali, bisa menjadikan suatu kegiatan yang menarik dan menikmati olah raga mancing.

Pada waktu itu bisa saya rasakan betapa tenangnya melihat air mengalir yang menyentuh tali pancing, kemilau air mengalir terkena secercah sinar matahari. Tali pancing yang bergerak-gerak yang tak lepas dari penglihatan.

Terkadang melihat binatang air, yang kami sebut anggang-anggang, yang tak pernah lelah bergerak maju mundur, kalau diam sebentar niscaya badannya akan hanyut terbawa arus. Dan pada saat penantian itu tangan sudah merasakan ada ikan yang mulai menyentuh umpan.

Det.. det.. det.. begitu ditarik joran yang disentak dan ikan yang terkena pancing cuma ukuran sebesar jari, dengan bentuk yang gepeng ditutup sisik kemilau keperakan menggelepar yang kemudian diraih dan melepaskan pancing dari mulutnya, saat-saat itu demikian indahnya.

Kemudian mulutnya dibuka untuk memasukkan ‘sendatan’ yang terbuat dari rumput panjang yang nantinya akan menjadi satu renteng kalau lagi mujur, kail kemudian dicemplungkan kembali dalam air sambil sesekali melihat hasil pancingan.

Dodie Magis, CHT. Mengatakan bahwa, memancing merupakan salah satu bentuk relaksasi. Pandangan mata yang tertuju pada satu titik secara terus menerus dengan gerakan-gerakan air yang monoton akan tertangkap oleh alam pikiran kita dan masuk ke bawah sadar dimana si pemancing akan merasakan ketenangan yang luar biasa. Saat-saat demikian yang membawa pemancing ‘lupa’ akan segalanya, kesulitan hidupnya, masalah-masalah yang dihadapi bahkan bisa dibilang lupa anak-istri, ayah, ibu, bahkan kekasih, saking asiknya…

KEHEBATAN MEMANCING

Itulah kehebatan dari kesukaan memancing. Seorang yang mendalami hobi ini dengan segenap jiwa raganya tentu akan merasakan betapa indahnya mancing. Ia tidak sekedar mencari ikan. Memperoleh ikan memang penting tapi bukan segala-galanya. Buktinya orang akan kembali mancing meskipun hari ini bahkan esok tidak memperoleh ikan bahkan dimakan ikan pun tidak, namun ia akan tetap kembali menekuni hobinya.

Kadang kita merasa sebal, frustasi ditambah sedikit’amarah’ kenapa tidak seekorpun yang menyentuh umpan. Tetapi hal tersebut tidak akan berlangsung lama karena naluri mancing kita tidak akan tergoyahkan oleh hal-hal ‘kecil’ seperti itu.

Kalau lagi kesal saya suka iseng kirim SMS ke teman yang mulai mengurangi kegiatan mancingnya karena alas an ‘kapok’ dan balasannya singkat saja “lombooook!”. (BS)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HTML Comment Box is loading comments...